Selasa, 23 November 2010

New Style..



Menulis tentang 22 September 2010








“New Style”, banyak yang memakai istilah ini untuk sebuah fase perubahan dari kondisi yang dianggap kurang enak, dan ingin memotivasi diri untuk menjadi lebih baik. Makanya Perusahaan seperti Telkom dan Pertamina memakai prinsip “New Style” pada perubahan logo perusahaan untuk memotivasi seluruh jajaran internal maupun eksternal-nya untuk sebuah perubahan menuju masa depan bisnis yang lebih baik. Dan alis pun menirunya. ‘New Style’, setidaknya itu status alis di Facebook tanggal 22 September 2010

Orang barat, mengekspresikan perubahan melalui media tato, orang timur mengekspresikannya dengan lebih mengedepankan adat dan keyakinan mereka. Bicara tentang perubahan, tak ada yang bisa menandingi peran sebuah Internet sebagai Revolusi Super Dahsyat penggerak perubahan aliran Informasi. Yach, setidaknya itu yang dibilang sama dosen-dosen IT di kampus terkenal..

Tapi Internet juga ada sisi buruknya kalo dipikir matang-matang ( mencoba tak berpikir ala einsten). Coba bayangkan, kita akan merasa khawatir jika satu hari saja tidak memeriksa account facebook atau twitter, atau juga merasa tak enak kepala kalo gak meriksa inbox email, meski isinya cuma sampah, yang penting diperiksa. Bahkan kegiatan yang sangat membosankan itu mengalahkan kegiatan wajib seperti shalat lima waktu dan tafsir alquran serta iseng-iseng membaca buku yang bermanfaat.

Alis lagi mendalami buku The Shallows; What the Internet is doing to our brain karangannya Nicholas Carr. Lebih kurang yang ingin Nicholas ceritakan adalah, adanya keterikatan antara stimulus elektronik dengan perubahan pada susunan neurologis otak kita. Ups, sorry bahasanya kesusahan. Gini contohnya, ketika kita membuat pilihan dari sekian banyak web link yang memikat, memproses iklan online yang gemerlap atau mengambil dosis harian (bahkan menitan) facebook kita, kita juga melemahkan kemampuan neurologis kita guna mengingat fakta atau memusatkan perhatian cukup lama untuk sepenuhnya mencerna apa yang kita baca.

Atau contoh yang lebih nyata kita lihat, kecanduan teknologi secara psikologis, telah mengurangi hasrat manusia untuk bisa menghargai kehadiran sesama manusia di dunia nyata. Alis juga mengalami, dan terus terang menjadi korban. Tak peduli teman alis lihat dan maafkan atau tidak, alis membuat video yang isinya meminta maaf lahir dan batin dan mengirimkannya ke rekan-rekan kerja, untuk kemudian, urusan selesai. Silaturahmi jaman Modern…!!!

Ada juga yang lebih fatal, facebookers sering berdoa di facebook tanpa pernah tau apa arti dan bagaimana adab dalam berdoa kepada Allah SWT. Intinya kecanduan pada teknologi, dapat merubah pola pikir dan pola laku manusia menjadi sangat tidak wajar untuk dipahami secara logika dan etika.

Apakah alis anti internet?

Oh tidak, Alhamdulillah alis adalah penikmat internet, dan merupakan satu dari ratusan juta orang yang bersyukur dengan adanya internet. Ini bukan sebuah keluh kesah apokaliptik anti-internet. Alis hanya mencoba belajar, bahwa ternyata internet kini telah menjadi kebutuhan lebih hebat daripada kebutuhan primer (include sandang, pangan dan papan). Bahkan sudah lebih dari sebuah kebutuhan spiritual dan imaginatif. Sehingga sangat berpengaruh pada faktor psikologis manusia. Ada sebuah keterkaitan mendalam antara Teknologi dan Psikologi secara timbal balik, atau alis lebih senang menyebutnya, Psikotekno (belum ada trademarknya, kalo sukses, mungkin bisa dipatenkan)

Dalam satu penelitan yang alis baca, orang yang sering menonton CNN, CNBC dan sejenisnya (misal Metro TV untuk yang berbahasa Indonesia) akan lebih banyak mendapatkan wawasan tentang apa saja dibandingkan dengan orang yang duduk di depan internet sambil chatting atau merubah status social networkingnya sehari tiga kali (sumber: The Atlantic, 2008). Contoh lainnya dan alis alami sendiri adalah, kini mahasiswa lebih banyak menjadikan referensi dari Internet untuk tugas, skripsi atau bahkan thesis sekalipun. Berbeda dengan mahasiswa jaman dahulu yang sering bermain di Perpustakaan untuk mencari dan membaca informasi yang ia perlukan, kini mahasiswa tinggal connect ke internet, copy paste bahan yang sesuai dengan tema tugas dan mengumpulkannya, tanpa pernah membacanya secara mendalam. Ilmuwan Neurologi Michael Merzenigh mengatakan untuk kasus-kasus seperti ini dengan opini ”kita melatih otak kita untuk sebuah omong kosong”

Contoh yang juga alis alami dan mungkin tidak disadari teman-teman adalah, kita akan menyerap informasi lebih baik dan tertata rapi saat kita membaca buku, koran, majalah (sesuai topik yang kita inginkan) dibanding dengan informasi yang kita dapat dari internet (baik situs News, informasi dari chatting, atau apapun bentuknya). Karena apa? Secara psikologis, kita akan menyerap informasi lebih fokus pada saat kita memegang media informasi itu (buku dsb) tanpa membagi-bagi porsinya dengan multitab browser ala Opera (dll). Otak akan mencerna informasi lebih nyaman saat kita fokus menyaring informasi dari mata dan kuping kita. Kita hanya mendapat “data tak berotak” jika kita hanya mengandalkan internet sebagai sumber informasi. Makanya kita terkadang makin sulit berkonsentrasi karena semakin lamanya kita menghabiskan waktu menjelajah internet..

Google mempunyai tujuan mulia yaitu: “mengorganisasi informasi dari seluruh dunia dan membuatnya dapat diakses dan berguna secara universal”. Namun secara psikologis, efek yang terbentuk dari ketersediaannya informasi dari google adalah, informasi itu akan mudah dilupakan kembali (karena sebuah anggapan; “nanti kalo butuh, googling aja lagi”).

Sebelum membaca buku Carr, alis menyadari hal itu, dan ini menjadi salah satu alasan alis untuk tetap menulis; karena informasi yang kita dapat baik dari buku, koran, internet, percakapan sehari-hari akan mudah kita ingat, saat kita menulisnya kembali, meski dengan bahasa dan keperluan berbeda.

Mau bukti lagi? Coba baca Novel terkenal dan tonton filmnya, anda akan lebih mendapat intisari cerita saat membaca bukunya, meskipun anda menonton filmnya duluan. Hhe..

Penelitian oleh National Institute of Neurological Disorder & Stroke mengindikasikan bahwa multitasking sebagai “nilai lebih” dari internet menjadikan orang lebih cenderung mengandalkan gagasan dan solusi konvensional daripada menantangnya dengan jalur pemikiran yang orisinil. Hal yang sama juga alis baca dari e-jurnal-nya University of Chicago, bahwa karya-karya tulis akademik mulai mengutip makin sedikit sumber (seharusnya semakin banyak) setelah publikasi-publikasi mulai pindah ke media online.

Jika kita ingin berpikir ekstrim, dunia internet akan jarang menghasilkan orang-orang seperti Einsten, Edison dalam ilmu sains, orang-orang seperti Slash, Michael Jackson dalam intelektualitas bermusik (karena faktor pembajakan karya dari internet) . Akan jarang menghasilkan Orang-Orang sekuat Mahatir Mohammad sebagai pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya ( karena anggota dewannya sibuk study banding, hhe gak nyambung). Dunia Internet akan menghasilkan plagiat-plagiat seperti Keong Racun, berbagai Acara Reality Show tiruan dan berbagai plagiat-plagiat skripsi dan tesis di berbagai perguruan tinggi (bahkan dosen ikut bermain dalam mafia plagiarisme). Kita (penikmat teknologi) hanyalah orang bodoh jika dibandingkan Orang dimasa lalu dengan semua karyanya.

Alis bukan orang yang berdiri berseberangan dengan teman-teman sebagai penikmat teknologi, alis bahkan menjadi pecandu teknologi lebih parah daripada candu anda pada rokok. Dan tulisan ini juga bukan sebuah pendapat anti teknologi, tulisan ini hanya media tempat kita mulai belajar, hubungan sebab akibat dan hubungan tarik menarik yang ada pada hidup ini (belajar dari Film The Secret).

Tulisan ini hanya ingin mengajak teman-teman sebagai sesama pecandu teknologi, bahwa Internet bukanlah Tuhan, tempat semua yang kita inginkan disediakan. Bahwa ada hal yang lebih penting daripada “What is in Your Mind”, yaitu apa yang harus kita hasilkan bagi kemaslahatan Umat?. Membuat informasi yang kita dapat, juga berguna bagi orang lain.

Bahwa menghabiskan jam demi jam ber-twitter dan berfacebook (dengan berbagai aplikasi gamenya), tidak hanya menyia-nyiakan waktu, tapi juga menyianyiakan Anugrah Terindah Yang Pernah kita Dapatkan dari Allah SWT; Akal dan Pikiran

Mari sama-sama kita menjadi Generasi Muslim yang Cerdas dan Kreatif..

2 komentar:

Belly Surya Candra Orsa mengatakan...

Great Blog....keep Blogging...!!

Belly Surya Candra Orsa mengatakan...

Great Blog....keep Blogging...!!