Selasa, 07 September 2010

Matematika dan Alquran (Chapter 6)

Alhamdulillah sudah mencapai malam ke 27 Ramadhan, tapi sayangnya tadarus saya masih di Juz 20. Maaf, bukan maksud takabur (bahkan saya menerima jika yang baca ini mikir: sok banget sih lu lis). Tapi inti dari Chapter ini bukan masalah 20 Juz, tapi terletak di Surat yang baru saja saya baca, menarik Suratnya setelah saya baca Arti dari nama surat itu. Al Ankabut ( Laba-Laba). Dan ternyata, meski Surat ini bernama laba-laba, tapi hanya satu ayat yang menyebut kata laba-laba di Surat ini, yaitu di surat ke 41. Menarik.. kenapa 41?

QS al-'Ankabut (Laba-laba), atau surat penengah, karena terletak di tengah-tengah urutan surat fawatih (surat yang dimulai dengan kombinasi huruf2 hijaiyah, misal QS al Baqarah dengan Alif Lam Mim), hanya punya satu ayat yang menerangkan Laba-laba, yaitu:

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.(QS. Al ‘Ankabut :41)

Ya bisa diliat lah akhir-akhir ini, orang banyak yang mengambil pelindung dari berbagai macam jenis produk dunia, seperti Facebook, masih gak habis pikir banyak yang berdoa di facebook… 

Lalu mengapa al-Qur'an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?

Dalam matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara "rumah laba-laba" yang berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta hipotesis susunan (banyak) alam semesta.

Bentuk heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling efisien dalam memanfaatkan se¬mua area yang ada, karena dengan volume yang sama tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibanding¬kan bentuk segi lainnya. Hal yang sama terjadi pada Rumah Madu nya Lebah. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA - dapat ditemukan di mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur (terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang laba-laba, sarang (sel) lebah, molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang membeku. (sumber: buku Harun Yahya, tentang Misteri Hexagonal)

Hipotesis dari para ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi 6 gelem¬bung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola heksagonal. Lalu mengapa angka 6?

Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya (rata-rata ya) kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang istimewa;

bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5).
Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3),
dan bilangan 5 dan 7, di tengahnya angka 6.
Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka 42 (6 x 7).
Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1 + 6. (satu di tengah, dikelililingi 6 lainnya).

masuk ke al-Quran, faktanya, Surat al-'Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba): kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, de¬ngan angka yang diapit bilangan 30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.

Nah, pada chaper 5 sebelumnya, pernah dibahas jumlah surat pada Al Quran adalah 114, dimana 114 adalah 19 x 6. Kita sudah bahas habis misteri 19 chapter kemarin. Berarti sekarang kita dapat jawaban, kenapa harus 114 Surat, karena ternyata 6 juga punya misteri yang sangt banyak.

114 = 19 x 6

6 berada di antara bilangan prima 5 dan 7
5 adalah jumlah shalat Fardhu
7 adalah lapisan langit dan Bumi (lapisan dimensi alam)

19 sudah kita bahas sebelumnya.

Pada chapter 4 diterangkan, Al-Qur'an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertu¬karnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak 'azali.

Dalam chapter 1, sudah pula diterangkan, pada QS Maryam ayat 93-94;

“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

"Segala sesuatu dihitung dengan teliti satu persatu" termasuk penyebutan angka. Hanya 30 bilangan saja yang disebut al¬Qur'an, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11,12,19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 99, 100, 200, 300, 1.000, 2.000, 3.000, 5.000, 50.000, dan 100.000.

Jumlah angka tersebut 162.146 atau (19 x 8.534)!

Paling menarik, penyebutan angka 30 dalam al-Qur'an hanya dua kali, yaitu diposisikan pada:
Surat al-A'raf (tempat tinggi);

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikiln, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”

Dan Surat Al Ahqaaf: 15;

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

QS 7:142 dan QS 46:15 yang jika dijumlah dengan cara penjumlahan Kata Indonesia, hhe

maka jumlahnya adalah 7 + 1 + 4 + 2 + 4 + 6 + I + 5 = 30.

Luar biasa, bukan?

"Dua menghitung segala sesuatu satu persatu". ( al-Jinn 72 : 28).

Dengan demikian, jelaslah makna menghitung segala sesuatu, bukan saja amal manusia tetapi juga termasuk penulisan ayat-ayat al-Qur' an. Lalu kita kembali lagi pada pertanyaan mengapa bilangan prima? Khususnya bilangan prima kembar?

Bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dikomunikasikan antara makhluk-makhluk yang berintelegen¬sia tinggi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para pemikir matematika percaya bahwa ada hubungan dengan "desain alam semesta".

Dari sisi enkripsi, kodetifikasi atau proteksi suatu pesan, coba kita pikirkan:

Bila kita memakai angka biasa dari 1 sampai 100, maka ada enkripsi 100 bilangan. Coba kita pakai bilangan prima, maka hanya diperlukan enkripsi 25 angka saja. Dari bilangan prima tersebut, kita pakai bilangan khusus yang disebut prima kem¬bar, maka dari angka 1 sampai 100 terdapat bilangan prima kembar, sebagai berikut: 3 dan 5, 5 dan 7, 11 dan 13, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43, 59 dan 61, terakhir 71 dan 73. Cukup 8 pasang angka saja untuk enkripsi bilangan dari 1 sampai 100.

Lalu mengapa angka 19 yang menonjol ?

Menurut mufasir modern, angka 19 berhubungan dengan kata Wahid dalam al-Qur'an atau ber hubungan dengan simbol ke-Esa-an Tuhan, di mana jumlah nilai gematrikal-nya tiap huruf (wahid) atau al-jumal adalah 19 juga. Mufasir modern seperti Dr. Tariq mengatakan, W = 6, A = 1, H' = 8, D = 4, total 19. Dari segi bahasa, kata wahida, berasal dari kata wahada yang berarti "tak terbilang" atau "awal dari bilangan". Arti umum adalah "tidak ada bandingannya" atau "tidak ada yang menyerupainya". Kata Wahid dalam al-Qur'an disebut 20 kali, tetapi yang berhubungan dengan "Ke-Esa-an Tuhan" hanya 19 kali. Sisanya 1 kali, menyatakan bilangan yang berarti satu. Dengan demikian, beberapa mufasir ahli matematika, seperti Dr. Tariq, berpendapat bahwa angka 19 ini bisa diartikan simbol atau cap keesaan Tuhan. (Dr.Tariq adalah ahli matematika, peneliti al-Qur' an di Amerika Serikat, anggota kelompok "submitter" . la mempromosikan al-Jumal untuk menafsirkan beberapa surat al-Qur'an) (sumber: Google)

Baca Juga:

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

Tidak ada komentar: